Batu Bara |
8tangkas - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan rencana penandatanganan final perjanjian kerja sama pembangunan gasifikasi batu bara di Amerika Serikat harus tertunda.
Awalnya, penandatanganan perjanjian kerja sama pembangunan gasifikasi batubara dengan perusahaan di Amerika Serikat ini ditarget terlaksana ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri ASEAN-US Special Summit per 14 Maret 2020 lalu. Akan tetapi, pertemuan itu dikabarkan batal menyusul meluasnya wabah virus corona belakangan ini. Sehingga, hal itu merembet juga kepada upaya gasifikasi batu bara tersebut.
Meski demikian, menurut Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin, wabah itu tak menghentikan proses bisnis yang sudah berjalan.
"Jadi saya tegasin ya, soal gasifikasi bonanza88 ini nggak ada kaitannya dengan corona. Tetap proses jalan terus. Karena memang proses ini secara bisnis tidak terganggu sama sekali dengan virus corona. Kalaupun terganggu hanya masalah kita pergi penandatanganan administrasi saja, tapi proses bisnisnya jalan terus," kata Arviyan ditemui Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (3/3/2020).
Meski tertunda, ia mengatakan, rencana penandatanganan itu masih melanjutkan program yang lama, mengingat saat ini sudah masuk tahap akhir yakni tahap eksekusi.
"Sekarang kita lagi mulai EPC (Engineering, Procurement, and Construction)," sambungnya
"(Maret 2020) Iya itu agak-agak, ya karena walaupun ada corona itu tetap jalan terus. Kalau yang tertunda kemarin itu masalah administrasi saja, tapi prosesnya progresnya tetap jalan terus. Jadi tidak ada hubungan antara corona dengan keberlanjutan dari industri gasifikasi ini," tambahnya.
Saat dikonfirmasi lebih lanjut terkait kapan penandatanganan perjanjian proyek tersebut akan dijadwal ulang, Arviyan mengaku belum bisa memastikan tanggal pastinya.
Sebagai informasi, Seperti diketahui, PTBA bonanza88 menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat, Air Products & Chemicals Inc untuk hilirisasi batubara. Rencana ini sudah ditindaklanjuti dengan digelarnya pertemuan antara Menteri BUMN Erick Thohir dan CEO Air Products di Jakarta, akhir Januari 2020 lalu.
Hilirisasi batubara diyakini bisa mengurangi nilai impor gas Indonesia hingga sekitar US$ 1 miliar per tahun. Total investasi untuk pengembangan gasifikasi ini berkisar US$ 3,2 miliar. Dalam kerja sama tersebut, Air Products bertindak sebagai investor di bisnis Upstream dan Downstrem.
Hilirisasi batubara berkalori rendah itu akan diubah menjadi produk lain yang memiliki nilai tinggi dengan menggunakan teknologi gasifikasi. Teknologi ini akan mengkonversi batubara muda menjadi syngas lalu kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME), Methanol, dan Mono Ethylene Glycol (MEG).
Proyek hilirisasi batubara ini direncanakan akan memproduksi 1,4 juta ton DME, 300 ribu ton Methanol dan 250 ribu ton MEG. DME hasil hilirisasi itu bahkan dapat digunakan sebagai bahan baku LPG, sehingga dapat mengurangi impor gas untuk LPG. Saat ini studi kelayakan sudah selesai dan masuk tahap FEED dan EPC.
Tak hanya Bukit Asam, Air Products juga menyatakan kesiapannya dalam membangun industri hilirisasi batubara.
Hilirisasi batu bara itu akan menggandeng tiga perusahaan lainnya yakni PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Chandra Asri Petrochemical dan dibangun di Tanjung Enim.
Di Tanjung Enim, perusahaan bonanza88 ini nantinya memproduksi sejumlah produk antara lain dimethyl ether (DME) yang merupakan produk gasifikasi batu bara dan bisa dijadikan substitusi LPG. Lalu, juga akan memproduksi pupuk dan polypropylene.
Sumber : https://finance.detik.com/energi/d-4923944/tertunda-kapan-rencana-sulap-batu-bara-jadi-gas-dilanjutkan
Bola Tangkas Online |
0 komentar:
Posting Komentar