Ilustrasi, sumber foto: Istimewa
8Tangkas - Bagi beberapa orang, liburan ke tepi pantai, melihat lautan luas, bisa jadi hal yang menyenangkan. Namun, bagi orang dengan fobia bernama thalassophobia justru sebaliknya. Melihat hamparan laut bisa jadi menyebabkan rasa takut, cemas, bahkan hingga pingsan.
Thalassophobia adalah salah satu jenis fobia atau ketakutan terhadap laut dan perairan luas lainnya. Kondisi ini membuat seseorang menghindari kunjungan ke pantai, berenang di laut, atau bepergian dengan kapal. Berikut ini pembahasan lengkapnya.
Apa Itu Thalassophobia?
Thalassophobia adalah jenis fobia spesifik yang melibatkan rasa takut yang terus-menerus dan intens terhadap perairan luas dan dalam seperti lautan dan samudera. Apa yang membuat fobia ini berbeda dari aquaphobia, atau ketakutan akan air?
Jika aquaphobia melibatkan rasa takut akan air itu sendiri, thalassophobia berpusat pada badan air yang tampak luas, gelap, dalam, dan berbahaya. Pengidap thalassophobia tak sekadar takut pada air yang luas dan dalam, tetapi juga pada apa yang bersembunyi di bawah permukaannya.
Istilah thalassophobia berasal dari bahasa Yunani “thalassa” yang berarti laut, dan “phobos” yang berarti ketakutan. Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), fobia adalah jenis penyakit mental yang paling umum di Amerika Serikat. Sementara fobia spesifik cukup umum di antara populasi umum, tidak diketahui berapa banyak orang yang mengidap thalassophobia.
Thalassophobia umumnya dianggap sebagai jenis fobia lingkungan alamiah tertentu. Ketakutan terhadap lingkungan alam cenderung menjadi salah satu jenis fobia yang lebih sering dialami, dengan beberapa penelitian menunjukkan bahwa fobia terkait air cenderung lebih umum di antara wanita.
Tanda dan Gejalanya
Sama halnya seperti jenis fobia lain, thalassophobia juga dapat memicu gejala kecemasan dan ketakutan fisik, serta emosional. Beberapa gejala fisik umum thalassophobia meliputi:
Pusing.
Sakit kepala ringan.
Mual.
Jantung berdebar kencang.
Napas cepat.
Sesak napas.
Berkeringat.
Sementara itu, gejala emosional dapat meliputi:
Menjadi kewalahan.
Perasaan cemas.
Merasa terpisah dari situasi.
Memiliki rasa takut ada malapetaka yang akan segera terjadi.
Merasa perlu segera melarikan diri.
Respons rasa takut ini dapat terjadi jika bersentuhan langsung dengan laut atau perairan dalam lainnya, seperti naik kapal laut, terbang di atas lautan dengan pesawat, bahkan juga saat menerjang banjir yang cukup dalam. Namun, tidak harus berada di dekat air untuk mengalami gejala.
Bagi sebagian orang, hanya membayangkan perairan luas dan dalam, melihat foto air, atau bahkan melihat kata-kata seperti "lautan" atau "danau" sudah cukup untuk memicu respons. Respons fobia lebih dari sekadar merasa gugup atau cemas.
Bayangkan bagaimana perasaan saat terakhir kali dihadapkan pada sesuatu yang berbahaya. Kamu mungkin mengalami serangkaian reaksi yang mempersiapkan tubuh untuk bertahan dan menghadapi ancaman atau melarikan diri dari bahaya. Pengidap thalassophobia akan mengalami reaksi yang sama bahkan jika responnya di luar proporsi bahaya yang sebenarnya.
Selain gejala fisik ketika bertemu dengan perairan dalam, orang dengan thalassophobia juga akan berusaha keras untuk menghindari berada di dekat atau bahkan harus melihat badan air yang besar. Mereka mungkin mengalami kecemasan antisipatif ketika mengetahui dirinya akan menghadapi objek ketakutan mereka, seperti merasa sangat gugup sebelum naik kapal feri dan bentuk perjalanan air.
Pengobatan yang Bisa Dijalani
Perawatan fobia biasanya melibatkan terapi. Orang yang mengidap thalassophobia dapat menjalani beberapa pengobatan berikut ini:
1.Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy/CBT)
Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah salah satu jenis terapi wicara. Tujuannya adalah untuk membantu seseorang menantang pikiran dan keyakinan yang tidak membantu untuk mengurangi kecemasan yang ditimbulkannya.
Dalam sesi CBT untuk thalassophobia, terapis dapat membantu pengidap belajar mengidentifikasi pikiran cemas tentang laut dan memahami bagaimana pikiran itu mempengaruhi emosi, gejala fisik, dan perilaku mereka.
Studi pada 2013 yang diterbitkan di Brazilian Journal of Psychiatry, peneliti menggunakan teknik neuroimaging untuk menentukan dampak CBT pada beberapa gangguan fobia.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa CBT memiliki efek positif yang signifikan pada jalur saraf orang dengan fobia tertentu, termasuk thalassophobia.
2.Terapi Pemaparan
Terapi pemaparan dilakukan dengan membuat orang dengan fobia melakukan kontak dekat dengan hal-hal atau situasi yang membuat mereka takut. Terkadang, kontak ini disimulasikan atau dibayangkan.
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa sesuatu tidak seberbahaya yang dipikirkan oleh pengidap. Terapis juga akan membantu pengidap menghadapi ketakutan mereka.
3.Pemberian Obat-obatan
Bila diperlukan, dokter dapat meresepkan obat untuk mengurangi gejala kecemasan dan ketakutan. Misalnya, inhibitor reuptake serotonin selektif, yang biasa disebut SSRI, adalah jenis antidepresan yang digunakan dokter untuk mengelola kecemasan.
0 komentar:
Posting Komentar